Sunday, July 9, 2017

Nyanyian (canticles) dalam Kitab-kitab Injil



 Oleh : Opini Abdi Putra Hia

Pengantar
Lahirnya kekristenan merupakan suatu fenomena di tengah-tengah masyarakat Yunani-Romawi pada awal abad pertama masehi. Suatu golongan baru yang membawa “tradisi baru” yang mampu berdiri dan kokoh di tengah-tengah kuatnya peradaban Yunani-Romawi dan tradisi Yahudi. Bahkan, pada akhirnya, golongan baru ini sah menjadi yang “terkuat” ketika pada abad ke 4 M (tepatnya tahun 313 M), Raja Konstantinus mengeluarkan edik Milano, yakni kekristenan dijadikan sebagai agama Negara di seluruh wilayah kekuasaan Roma.
Berbicara mengenai tradisi, maka kekristenan tidak bisa dilepaskan dari kegiatan/praktik keagamaannya, yakni dalam hal ibadah. Ibadah mereka adalah respon terhadap karya Yesus Kristus yang dipercaya sebagai penyelamat dan nantinya akan datang untuk kedua kalinya. Secara khusus dalam tulisan ini, saya akan memuat salah satu pokok/unsur penting dalam Ibadah orang-orang Kristen, sebagaimana dicatat dalam kitab-kitab Injil, yakni tentang Nyanyian.

Mengenai Kitab Injil
Pada dasarnya, terdapat 4 kitab Injil dalam Perjanjian Baru yaitu Matius, Markus, Lukas dan Yohanes. Para ahli kemudian menggolongkan tiga kitab Injil sebagai Injil sinoptik (Matius, Markus, dan Lukas), sedangkan Injil Yohanes dianggap berdiri sendiri. Seperti disebutkan oleh John Drane, kata Injil adalah padanan dalam bahasa Indonesia untuk kata Yunani euanggelion yang artinya kabar baik. Kabar baik dimaksud adalah berita Yesus mencakup kelahiran dan pelayanan-Nya.[1] Apabila diurutkan berdasarkan waktu penulisannya, maka Injil Markus merupakan Injil tertua yang ditulis pada tahun 65-75 M, disusul Injil Matius tahun 75-80 M, Injil Lukas tahun 80-85 M, dan Injil Yohanes sekitar tahun 100 M.[2]
Dari data di atas maka nyanyian-nyanyian yang ada dalam kitab injil ditulis pada saat dimana orang-orang percaya sedang dalam pergumulan/penderitaan (karena ditindas oleh pemerintah Roma) dan mengharapkan datangnya Yesus untuk menyelamatkan mereka.

Nyanyian dalam teks Kitab Injil (Injil Lukas)
Paul westmeyer dalam Te Deum,  menyebutkan bahwa gereja menyanyikan canticledalam meresponi kedatangan Kristus. Istilah canticle mengacu pada teks-teks dalam Alkitab yang dinyanyikan. Teks-teks yang dinyanyikan terdapat dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.[3] Berikut canticle dalam Kitab Injil, yaitu:
      1.      Benedictus (Lukas 1 : 68 – 79)
“Terpujilah Tuhan, Allah Israel, sebab Ia melawat umat-Nya dan membawa kelepasan baginya......”
Teks ini merupakan ucapan syukur Imam Zakhariah kepada Tuhan atas kelahiran anaknya Yohanes dari istrinya bernama Elisabet.
Canticle ini dipakai sebagai pujian dan doa pagi dalam kebiasaan Gereja Timur dan Barat[4] karena itu merupakan tindakan Allah yang pengasih telah dinyatakan dalam  sejarah tertentu. Dalam Mazmur, itu dimulai dengan”berkat dari Allah Israel.” Sebab Allah telah menemui dan menebus manusia, menyelamatkan mereka dari musuh-musuh, membebaskan mereka, membuat sebuah perjanjian sehingga umat dapat beribadah tanpa ketakutan, memberi mereka pengetahuan akan keselamatan dan pengampunan dari dosa-dosa. Tindakan Allah ini sangat khusus, melalui sejarah khusus kepada orang tertentu, seperti melalui Abraham, Daud,  para nabi, dan sekarang melalui Yohanes Pembaptis yang sedang mempersiapkan jalan bagi sang Penyelamat.

      2.      Magnificat (Lukas 1 : 46 – 55)
“Lalu kata Maria: Jiwaku memuliakan Tuhan…..”

Magnificat adalah nyanyian pujian Maria yang terdapat dalam Lukas 1 : 46 -55).Canticle ini secara umum dikaitkan dengan kebaktian malam di Barat, semenjak gereja St. Benedict (480-550 M). Judul nyanyian ini didasarkan pada kata pertama dalam bahasa Latin magnificat anima me dominum, yang berarti Jiwaku memuji Tuhan. Nyanyian ini kemungkinan diciptakan oleh seorang bernama Benediktus yang dinyanyikan pada ibadah malam dalam gereja Barat. Dalam gereja Timur nyanyian ini dinyanyikan pada setiap pagi, kecuali pada perayaan-perayaan besar, yang diikuti olehbenedictus, nyanyian Zakharia. Namun dalam praktiknya, benedictus dihilangkan. Bahasanya mengikuti  tradisi puitis Perjanjian Lama, seperti nyanyian Hana dalam 1 Samuel 2:1. Dalam beberapa naskah Latin, Maria dalam Lukas 1 : 46 diganti dengan Elisabet, sehingga ada yang berpendapat bahwa Lukas sebenarnya mengenakannya kepada Elisabet, bukan pada Maria.[5] Jika dihubungkan dengan teks dalam 1 Samuel 2:1 maka tersirat bahwa teks lagu ini bermakna “penggenapan janji Allah.”

      3.      Gloria in Excelsis Deo ( Lukas 2  : 14)
"Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya."
Gloria in Excelsis berasal dari bahasa Latin yang artinya kemuliaan bagi Allah ditempat yang maha tinggi. Nyanyian ini dikenal dengan nama Nyanyian Malaikatatau Pujian Agung. Penyusun dan tahun penyusun lagu ini tidak dikenal. Lagu ini merupakan nyanyian para malaikat pada waktu kelahiran Yesus. Pada abad ke empat nyanyian ini dinyanyikan pada jam doa pagi. Dalam misa Roma ia dinyanyikan sesudah Kyrie Eleison pada hari minggu dan pada perayaan gerejawi lainnya, kecuali pada masa adven dan masa puasa.[6]
Di sini menjadi jelas bahwa sejarah menyeluruh dari perjanjian Allah dengan manusia dipusatkan pada Kristus. Dalam gaya khas Yahudi, dimulai dengan pemujaan kepada Allah, memberi ucapan syukur kepada Allah.  Ucapan syukur ini diberikan untuk kemuliaan Allah melalui anak-Nya, Yesus Kristus, yang merupakan anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia, yang memberi rahmat kepada kita, yang duduk di sebelah kanan Allah, yang kudus.[7]

      4.      Nunc Dimittis (Lukas 2 : 29 – 32)
"Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu………”
Istilah ini diambil dari kata-kata pertama nyanyian tersebut dalam versi Vulgata.[8]
Teks Lukas 2 : 29 – 32 ini merupakan pujian yang disampaikan oleh orang Yahudi yang saleh bernama Simeon  ketika melihat Yesus di Bait Allah, memuji Allah (bernyanyi) sebelum ia meninggal. Canticle ini terkait dengan harapan akan adanya keselamatan dari Allah. Allah telah menjanjikan keselamatan kepada Israel (seperti dalam Yes. 40:5; 42:6; 46:13; 49:6; 52:10), yang nantinya akan membawa terang kepada umat-Nya. Dalam hal ini, Simeon melihat bahwa hal tersebut telah digenapi melalui kedatangan Yesus yang ia temui di Bait Allah.
Nyanyian pujian Simeon ini telah digunakan dalam ibadah sehari-hari sejak abad ke-4 dan dalam kebaktian malam gereja Timur dan dalam buku ibadah gereja barat itu digunakan. Dari sana canticle ini kemudian dalam Buku Ibadah Umum dijadikan sebagai doa malam, yang pada akhirnya gereja Anglikan menggandengnya dengan Magnificat. Dalam tradisi Lutheran sering digunakan sebagai canticle postcommunion(nyanyian persekutuan).


Penutup
Ke empat canticle di atas berbicara mengenai karya Allah kepada umat-Nya. Substansi dari karya Allah adalah tentang keselamatan umat yang dinyatakan dalam diri Yesus Kristus. Melalui para hambanya, seperti Zakharia, Maria, dan Simeon, gereja diajarkan untuk senantiasa menyampaikan syukur tentang tindakan Allah. Adalah sangat penting memasukkan ke empat canticle dalam unsur liturgy, sebab dengan itu gereja secara terus menerus mengenang dan menghayati serangkaian pekerjaan Allah dan sebagai respon terhadap janji kedatangan Yesus yang kedua kalinya.
Oleh karena itu, maka tidak berkesalahan apabila saya mengatakan bahwa Gereja yang bernyanyi adalah gereja yang hidup karena sadar akan karya penyelamatan Allah!

Referensi
Drane, John, Memahami Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK GM, 2005)
Dachid, Emeria Y. Zorah dan A. Sugeng Agus Priyono, Pendidikan Agama katolik, (Grasindo, 2004)
Westmeyer, Paul, Te Deum, (Mineapolis: Fortress Press, 1998)
Wellem F.D., Kamus Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK-GM, 2006)

Internet
Wikipedia, Gereja Ortodoks, diakses tanggal 24 Sept. 2016






[1] Band. John Drane, Memahami Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK GM, 2005), hlm. 183
[2] Emeria Y. Zorah Dachid dan A. Sugeng Agus Priyono, Pendidikan Agama katolik, (Grasindo, 2004), hlm. 95
[3] Paul Westmeyer, Te Deum, (Mineapolis: Fortress Press, 1998), hlm. 45
[4] Persoalan internal gereja mengakibatkan skisma antara gereja Timur (ortodoks) dan gereja Barat (Katolik Roma). Gereja Timur terdapat di Negara-negara seperti adalah Belarusia,BulgariaSiprus , GeorgiaYunaniRepublik MakedoniaMoldovaMontenegroRomania,RusiaSerbia , dan Ukraina. Ortodoksi Timur juga merupakan agama dominan di Republika Srpska,  Bosnia dan Herzegovina, di Kazakhstan Utara. Selain itu, ada pula sejumlah besar komunitas Ortodoks di AfrikaAsiaAustraliaAmerika Utara, dan Amerika Selatan. Dikutip dari Wikipedia, Gereja Ortodoks, diakses tanggal 24 Sept. 2016
[5] F.D. Wellem, Kamus Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK-GM, 2006), hlm. 271
[6] Ibid, hlm. 152
[7] Paul Westmeyer, Op.Cit., hlm. 47-48.
[8] F.D. Wellem, Op.Cit., hlm. 311

No comments:

Post a Comment

Engkau Tetap Engkau